Glitter Text Generator at TextSpace.net

Rabu, 16 November 2011

Begitulah bunyi salah satu doa yang diajarkan Rasulullah dalam mencari ilmu. Namun ilmu yang bagaimanakah yang dimaksud Rasulullah tidak berguna itu? Mu’adz bin Jabal, salah seorang sahabat meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Pelajarilah ilmu, sebab mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan, menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya tasbih, mengkajinya adalah jihad dan mengajarkannya adalah sedekah. Dengan ilmu seorang hamba sampai pada kedudukan orang-orang baik dan tingkatan paling tinggi. Memikirkannya setara dengan berpuasa dan mengkajinya sama dengan menegakkan shalat. Dengannya Allah ditaati, disembah, di-Esa-kan dan ditakuti. Dengannya pula tali silaturahmi diikatkan. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Dengannya Allah mengangkat bangsa-bangsa lalu Dia menjadikan mereka pemimpin, penghulu dan pemberi petunjuk pada kebajikan karena ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan,cahaya dari kezaliman dan kekuatan tubuh dari kelemahan.” Dalam hadits lain Rasulullah bersabda :” Aku bertanya pada Jibril,’Apakah kepemimpinan itu?’ Jibril menjawab, ‘Akal”.

Dari kedua hadis diatas maka dapat disimpulkan bahwa ilmu yang bermanfaat yang dimaksud Rasulullah itu adalah ilmu yang dicari karena mengharap ridho Allah SWT dan yang disebabkannya seseorang menjadi bertambah dekat kepada-Nya. Al-Khalil bin Ahmad berkata, “Manusia itu ada empat: Pertama, yang tahu dan tahu bahwa ia tahu. Ia adalah alim, maka ikutilah. Kedua, yang tahu tetapi tidak tahu bahwa ia tahu. Ia adalah orang yang tertidur, maka bangunkanlah. Ketiga, yang tidak tahu dan tahu bahwa ia tidak tahu. Ia adalah orang yang mencari bimbingan, maka ajarilah. Keempat, yang tidak tahu tetapi tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Ia adalah orang bodoh, maka waspadailah.”. Sedangkan Al-Ghazali berkata, “Barangsiapa yang kehilangan ilmu, maka hatinya akan sakit dan mati. Ia tidak menyadarinya karena kesibukan dunia mematikan perasaannya. Jika kesibukan itu menampakkan kematian maka ia merasakan sakit yang pedih dan penyesalan yang tiada akhir.” Ucapannya itu dimaksudkan dalam menafsirkan hadis berikut : “Manusia itu dalam keadaan tidur dan bila ia telah mati terjagalah ia”.

” Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.(QS.Qaaf(50):22).
Saat ini ilmu pengetahuan telah berkembang dengan amat pesat. Berbagai cabang ilmupun banyak dipelajari orang. Kita bahkan dapat dengan mudah mengikuti perkembangan dunia hanya dengan duduk didepan televisi. Namun apakah dengan adanya berbagai penemuan itu hidup menjadi mudah, tenang dan damai? Bukankah salah satu tujuan memperdalam ilmu agar kwalitas hidup meningkat? Kenyataannya dimana-mana masih terlihat berbagai kasus mulai kelaparan, kemiskinan, bunuh diri hingga penyakit fisik seperti demam berdarah, kanker, AIDS, chikungunya, flue burung dan yang terbaru liptospirosis, maupun penyakit mental seperti penyimpangan prilaku seksual seperti pemerkosaan, pedofili dan homoseksual. Juga munculnya berbagai masalah dunia seperti peperangan, isu nuklir, pemanasan global, krisis energi hingga adanya perubahan iklim, rusaknya lapisan Ozon, naiknya permukaan laut yang semuanya itu sebagai akibat dari pencemaran udara disebabkan makin tingginya konsentrasi gas rumah kaca (CO2 gas buang baik dari kendaraan maupun pabrik), diexploitasinya perut bumi secara berlebihan dan juga musibah banjir yang disebabkan penebangan liar dan pembuangan sampah yang sembarangan kemudian juga ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum lemah. Lalu dimanakah manfaat berbagai lmu mereka itu?
Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah bumi dan sebagai konsekwensinya ia harus mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya itu kepada Sang Pemberi mandat dan dengan demikian manusia juga sekaligus adalah hamba Allah. Sebagai khalifah bumi ia diberi kebebasan untuk mengelola dan memanfaatkan bumi agar hidupnya menjadi mudah dan tenang namun dengan syarat tidak merusak keseimbangan alamnya. Allahlah yang telah menetapkan segala hukum sebab-akibat yang ada di alam ini.
“………… dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS.Al-Fushilat(28):77).

Tampaknya inilah yang sedang terjadi saat ini. Alam menjadi murka karena manusia tidak lagi memegang amanah yang dipikulkan kepadanya yaitu untuk memelihara dan menjaga keseimbangan alam. Kerusakan terjadi karena ulah manusia. Maka atas izin-Nya akibatnya harus kita terima. Untuk itulah manusia harus berilmu. Dan hanya dengan akal dan keimanan sajalah manusia akan berhasil menggali ilmu yang menuju kebenaran. Manusia diberi kebebasan untuk memilih, kebahagiaan dunia saja, kebahagiaan akhirat saja atau yang paling tinggi derajatnya yaitu kebahagiaan dunia-akhirat. Ini yang paling disukai-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar